PERAN
BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN
ETIKA
POLITIK
Perkembangan
politik di Indonesia begitu pesat, hal ini terlihat semakin
banyaknyapartai-partai yang turut bertanding dalam pemilu. Sistem multi partai
yang dianutIndonesia membuat begitu banyak partai baru bermunculan, sehingga
membuat duniaperpolitikan kita makin hiruk pikuk. Masing-masing partai tentunya
memiliki platformtersendiri untuk menarik massa, sehingga hiasan kata-kata yang
indah mewarnaiberbagai sudut kota. Tak mau kalah Foto-foto para kader partai
pun turut mewarnairuang publik yang ada di kota ini.
Bangsa
Indonesia menjadi sangat begitu terkenal sebagai bangsa politik, karenaanimo
masyarakat yang tinggi akan politik. Animo politik di Indonesia
mengalahkanbidang lainnya seperti ekonomi dan sosial, tidak seperti
negara-negara tetangga kitayaitu Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Cina
yang lebih memperhatikan ekonomidan sosial dalam pembangunan bangsanya.
Tingginya animo sebagian masyarakatterhadap politik ternyata tidak dibarengi
dengan etika politik, ini terbukti dengan carutmarutnya wajah perpolitikan di
negara kita ini. Dari Ketiadaan regenerasi hinggabanyaknya politisi yang
terjerumus dalam lingkaran korupsi, hal ini lambat launmembuat kita berpikir
kembali untuk mencoba mengevaluasi sistem perpolitikan yangselama ini kita
pakai.
Sistem
Demokrasi yang telah lama kita anut, membuat kita bertanya apakah benarsistem
ini yang terbaik? Ataukah sistem ini dipaksakan untuk digunakan tanpa
sebuahkajian mengenai kearifan nasional bangsa Indonesia. Apakah sistem
Demokrasi yangkita gunakan dapat menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang
maju? 14 tahun sudahreformasi bergulir di negara ini, namun kita masih
merasakan bahwa seakan-akanbangsa ini berjalan ditempat. Kemiskinan masih saja
kita temui, dan yang lebihparahnya lagi etalase kemiskinan saat ini dapat kita
temui di sudut-sudut kota. Naiknyaperekonomian kita sebesar 6,5% ternyata tidak
berdampak langsung pada masyarakatkelas bawah, bahkan kesenjangan kesejahteraan
yang cukup tinggi terjadi di sini.Pengentasan kemiskinan bersifat top down,
berupa bantuan langsung tunai justru tidakberjalan efektif serta menghasilkan
masalah baru karena kebijakan tersebut tanpamengkaji dasar dari masalah kemiskinan itu sendiri. Pertanyaannya apakah
Demokrasisemacam ini yang kita anut? Yang didalamnya tidak menganut ekonomi
kerakyatan,yang ada kaya makin kaya miskin makin miskin. Bayangkan ketika
Indonesiadinobatkan menjadi negara layak investasi, justru ditemukan kasus gizi
buruk denganjumlah 900 ribu anak Indonesia terkena Gizi buruk (beritasatu.com).
Sepertinya Kasuskemiskinan yang terjadi saat ini bukanlah hal yang menarik
untuk dipikirkan oleh parapolitisi, buktinya mereka tetap saja merenovasi
ruangan yang menghabiskan danamilyaran rupiah. Melihat kasus yang terjadi
akhir-akhir ini membuat kita bertanyadimana kearifan nasional kita, yang sangat
begitu baiknya diperkenalkan pada saat kitamengenyam bangku sekolah. Dimana
budaya teposeliro yang sudah berabad-abad hidupdalam masyarakat, dimana budaya
gotong royong yang kini mulai berganti pada budayamaksimalisasi diri.
Stace
lindsay berpendapat dalam buku yang
berjudul culture matters value shapehuman progress (2000) mendefinisikan budaya
sebagai sebuah penentu pentingkemajuan suatu negara untuk makmur karena budaya
membentuk pemikiran orang-orang mengenai resiko, penghargaan dan kesempatan
karena nilai-nilai budaya pentingsebagai pembentuk prinsip-prinsip, sebab dari
budayalah dapat terbentuk perilakumanusia yang membawaya ke kehidupan yang
lebih maju. Dari pemahaman diatastentunya kita sudah harus kembali pada
kearifan lokal kita sebagai bangsa Indonesia,dimana kearifan lokal tersebut
terbentuk dari ratusan tahun yang lalu. Untuk kembalikepada kearifan lokal
tentunya tidak juga dengan menghapuskan nilai-nilai demokrasiyang sudah kita
anut selama ini, karena demokrasi pun juga mempunyai sumbanganterhadap tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Harvart
Academy For Inernational and Area studies menjelaskan bahwa politikmerupakan
wadah dalam pengambilan keputusan yang menentukan kemajuan suatubangsa, tetapi
budayalah sebagai penentu utama bagi kemajuan suatu bangsa.Bayangkan apabila
budaya gotong royong dihidupkan kembali dalam suatu tatananpolitik di
Indonesia, maka implementasi pembangunan Indonesia difokuskan padapembangunan
manusia dimana terciptanya budaya saling hormat-menghormati, tolong-menolong,
penghargaan terhadap karya anak bangsa dan banyak lagi nilai-nilai yangakan
tumbuh dengan sendirinya. Apabila itu terjadi maka social development pun
jugaakan terbentuk dengan sendirinya, sehingga sikap maksimalisasi diri yang
hanyamenciptakan sifat individual dengan sendirinya akan menghilang.
Maka
kesimpulannya mari kita pertahankan demokrasi yang sudah kita anut selamaini,
karena didalamnya tedapat nilai partisipatoris seluruh elemen masyarakat
untukmengontrol perpolitikan di Indonesia dalam menjalankan konstitusi negara
ini.Sedangkan mari kita hidupkan nilai-nilai kearifan nasional (budaya/local
wisdom) didalam perpolitikan Indonesia, salah satunya budaya gotong royong dengan
melibatkansetiap elemen masyarakat bukan saja hanya terbatas pada koalisi
partai. Pembangunanekonomi demi pengentasan kemiskinan harus bermuara pada
pembangunan manusia,sehingga melibatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek
politik dengan begitutidak ada lagi kata proyek yang membutuhkan anggaran
dengan jumlah fantastis, selainitu juga kita tumbuhkan budaya malu sehingga
korupsi dan segala bentuk kecurangantidak terjadi lagi. Pertanyaannya mau dan
bisakah kita laksanakan itu semua?
Dominicus
Dimas
Komunitas
Semut Indonesia
1 comment:
mantap gan...
Post a Comment