KOMUNITAS KAMI

SELAMAT DATANG DI BLOG KOMUNITAS SEMANGAT MUDA UNTUK INDONESIA SALAM PERSAUDARAAN UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK LAGI * SELAMAT DATANG DI BLOG KOMUNITAS SEMANGAT MUDA UNTUK INDONESIA SALAM PERSAUDARAAN UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK LAGI * SELAMAT DATANG DI BLOG KOMUNITAS SEMANGAT MUDA UNTUK INDONESIA SALAM PERSAUDARAAN UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK LAGI

Friday, May 4, 2012


PERAN BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN
ETIKA POLITIK

Perkembangan politik di Indonesia begitu pesat, hal ini terlihat semakin banyaknyapartai-partai yang turut bertanding dalam pemilu. Sistem multi partai yang dianutIndonesia membuat begitu banyak partai baru bermunculan, sehingga membuat duniaperpolitikan kita makin hiruk pikuk. Masing-masing partai tentunya memiliki platformtersendiri untuk menarik massa, sehingga hiasan kata-kata yang indah mewarnaiberbagai sudut kota. Tak mau kalah Foto-foto para kader partai pun turut mewarnairuang publik yang ada di kota ini.
Bangsa Indonesia menjadi sangat begitu terkenal sebagai bangsa politik, karenaanimo masyarakat yang tinggi akan politik. Animo politik di Indonesia mengalahkanbidang lainnya seperti ekonomi dan sosial, tidak seperti negara-negara tetangga kitayaitu Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Cina yang lebih memperhatikan ekonomidan sosial dalam pembangunan bangsanya. Tingginya animo sebagian masyarakatterhadap politik ternyata tidak dibarengi dengan etika politik, ini terbukti dengan carutmarutnya wajah perpolitikan di negara kita ini. Dari Ketiadaan regenerasi hinggabanyaknya politisi yang terjerumus dalam lingkaran korupsi, hal ini lambat launmembuat kita berpikir kembali untuk mencoba mengevaluasi sistem perpolitikan yangselama ini kita pakai.
Sistem Demokrasi yang telah lama kita anut, membuat kita bertanya apakah benarsistem ini yang terbaik? Ataukah sistem ini dipaksakan untuk digunakan tanpa sebuahkajian mengenai kearifan nasional bangsa Indonesia. Apakah sistem Demokrasi yangkita gunakan dapat menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang maju? 14 tahun sudahreformasi bergulir di negara ini, namun kita masih merasakan bahwa seakan-akanbangsa ini berjalan ditempat. Kemiskinan masih saja kita temui, dan yang lebihparahnya lagi etalase kemiskinan saat ini dapat kita temui di sudut-sudut kota. Naiknyaperekonomian kita sebesar 6,5% ternyata tidak berdampak langsung pada masyarakatkelas bawah, bahkan kesenjangan kesejahteraan yang cukup tinggi terjadi di sini.Pengentasan kemiskinan bersifat top down, berupa bantuan langsung tunai justru tidakberjalan efektif serta menghasilkan masalah baru karena kebijakan tersebut tanpamengkaji dasar dari masalah  kemiskinan itu sendiri. Pertanyaannya apakah Demokrasisemacam ini yang kita anut? Yang didalamnya tidak menganut ekonomi kerakyatan,yang ada kaya makin kaya miskin makin miskin. Bayangkan ketika Indonesiadinobatkan menjadi negara layak investasi, justru ditemukan kasus gizi buruk denganjumlah 900 ribu anak Indonesia terkena Gizi buruk (beritasatu.com). Sepertinya Kasuskemiskinan yang terjadi saat ini bukanlah hal yang menarik untuk dipikirkan oleh parapolitisi, buktinya mereka tetap saja merenovasi ruangan yang menghabiskan danamilyaran rupiah. Melihat kasus yang terjadi akhir-akhir ini membuat kita bertanyadimana kearifan nasional kita, yang sangat begitu baiknya diperkenalkan pada saat kitamengenyam bangku sekolah. Dimana budaya teposeliro yang sudah berabad-abad hidupdalam masyarakat, dimana budaya gotong royong yang kini mulai berganti pada budayamaksimalisasi diri.
Stace lindsay berpendapat dalam  buku yang berjudul culture matters value shapehuman progress (2000) mendefinisikan budaya sebagai sebuah penentu pentingkemajuan suatu negara untuk makmur karena budaya membentuk pemikiran orang-orang mengenai resiko, penghargaan dan kesempatan karena nilai-nilai budaya pentingsebagai pembentuk prinsip-prinsip, sebab dari budayalah dapat terbentuk perilakumanusia yang membawaya ke kehidupan yang lebih maju. Dari pemahaman diatastentunya kita sudah harus kembali pada kearifan lokal kita sebagai bangsa Indonesia,dimana kearifan lokal tersebut terbentuk dari ratusan tahun yang lalu. Untuk kembalikepada kearifan lokal tentunya tidak juga dengan menghapuskan nilai-nilai demokrasiyang sudah kita anut selama ini, karena demokrasi pun juga mempunyai sumbanganterhadap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Harvart Academy For Inernational and Area studies menjelaskan bahwa politikmerupakan wadah dalam pengambilan keputusan yang menentukan kemajuan suatubangsa, tetapi budayalah sebagai penentu utama bagi kemajuan suatu bangsa.Bayangkan apabila budaya gotong royong dihidupkan kembali dalam suatu tatananpolitik di Indonesia, maka implementasi pembangunan Indonesia difokuskan padapembangunan manusia dimana terciptanya budaya saling hormat-menghormati, tolong-menolong, penghargaan terhadap karya anak bangsa dan banyak lagi nilai-nilai yangakan tumbuh dengan sendirinya. Apabila itu terjadi maka social development pun jugaakan terbentuk dengan sendirinya, sehingga sikap maksimalisasi diri yang hanyamenciptakan sifat individual dengan sendirinya akan menghilang.
Maka kesimpulannya mari kita pertahankan demokrasi yang sudah kita anut selamaini, karena didalamnya tedapat nilai partisipatoris seluruh elemen masyarakat untukmengontrol perpolitikan di Indonesia dalam menjalankan konstitusi negara ini.Sedangkan mari kita hidupkan nilai-nilai kearifan nasional (budaya/local wisdom) didalam perpolitikan Indonesia, salah satunya budaya gotong royong dengan melibatkansetiap elemen masyarakat bukan saja hanya terbatas pada koalisi partai. Pembangunanekonomi demi pengentasan kemiskinan harus bermuara pada pembangunan manusia,sehingga melibatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek politik dengan begitutidak ada lagi kata proyek yang membutuhkan anggaran dengan jumlah fantastis, selainitu juga kita tumbuhkan budaya malu sehingga korupsi dan segala bentuk kecurangantidak terjadi lagi. Pertanyaannya mau dan bisakah kita laksanakan itu semua?

                                                                                                Dominicus Dimas
                                                                                                Komunitas Semut Indonesia

1 comment:

Anonymous said...

mantap gan...